Pertama kali bertemu denganmu, aku terpana melihat
paras tampanmu.
“Ciptaan Tuhan yang menakjubkan,” bisikku.
Detik selanjutnya Tuhan memberiku kesempatan untuk
berbincang denganmu. Kupikir, barangkali Tuhan sedang memberiku hadiah karena
sudah memuji ciptaan-Nya.
Namun sayang sekali, wajah tampanmu tak bisa menutupi
sikap menyebalkan yang ada pada dirimu.
Kau tampan, tapi kau menyebalkan.
Sikapmu yang menyebalkan itu, lambat-laun membuatku lupa
akan paras tampanmu.
Setiap bertemu denganmu, aku tak lagi terpana, yang
ada aku selalu dibuat kesal olehmu.
“Untuk apa tampan jika sikapnya menyebalkan?! Dasar Singa!”
ucapku ketika aku kesal padamu.
Aku kesal dan aku tak suka padamu, awalnya ku pikir
begitu. Tapi semakin hari aku semakin tak mengerti.
Aku kesal padamu, tapi kenapa aku selalu memikirkanmu?
Aku tak suka padamu, tapi kenapa saat kau tak ada warna
hidupku menjadi abu-abu?
Terlebih, kenapa aku benci pada setiap wanita yang
berada didekatmu?
Aku sadar meski beberapa kali ku coba menghidar.
Aku tahu ada sebuah rasa yag tumbuh tak peduli semenyebalkannya
dirimu.
Iya, aku ternyata menyukaimu.
0 komentar:
Posting Komentar