Rasa dan aksara adalah jodoh para pencinta kata

Kamis, 07 Februari 2019

Sesal



Aku tidak pernah menyangka, bahwa kamu yang selama ini menjadi sahabatku tiba-tiba berubah status menjadi pacarku. Terkadang aku masih tak percaya dengan situasi ini, terkadang aku lupa dan masih memperlakukanmu sebagai sahabatku.

Aku tidak pernah menyangka, bahwa kamu yang selalu mengejek laki-laki yang menjadi pacarku ternyata menyimpan rasa padaku. Hingga akhirnya tiga bulan yang lalu, aku menyadari betapa sabarnya kamu menunggu aku.

Kamu adalah obat setiap aku dipatahkan. Menghibur dan selalu menemani saat aku menangis karena dikecewakan. Kamu, selalu seperti itu. Dan bodohnya aku tak sadar akan perasaanmu.

“Gak apa-apa, yang penting sekarang kamu tahu,” ucapmu di malam itu, saat aku berwajah menyesal karena sudah membuatmu menunggu terlalu lama.

Setiap aku dipatahkan, aku mendatangimu dengan banyak aduan dan tangisan. Lalu kau sembuhkan, dan aku kembali pergi dengan sosok yang baru. Memikirkan itu, memikirkan betapa kejamnya aku padamu, membuatku benar-benar menyesal. Dan memikirkan apa yang sudah ku lakukan, benar-benar membuatku takjub akan keteguhan dan sabarnya dirimu menghadapi aku.

Aku selalu merancau ingin bertemu dengan sosok yang menyangiku dengan tulus tanpa memberiku rasa sakit, padahal sosok itu sudah ada, aku sudah bertemu, dan aku sudah berada didekatnya, yaitu kamu. Beribu kata bodoh ku ucapkan karena terlalu lamban menyadari itu.

Aku tidak bisa membayangkan setiap aku menangis dipatahkan, seberapa sakit hatimu mendengarnya padahal jelas-jelas ada kamu yang tidak pernah mengecewakan. Aku pun tak bisa membayangkan, bagaimana rasa sakitnya kamu saat aku sembuh dari kekecewaan dan kembali menjalin hubungan dengan sosok lainnya padahal kamu lah orang yang menyembuhkan.

Dengan kesakitan yang ku berikan, dengan penantian panjang yang ku ciptakan, aku sangat bersyukur kamu masih bertahan. Terdengar sangat kejam memang, tapi aku benar-benar bersyukur kamu masih ada, meski terlambat, ketika rasamu masih padaku, kalimat terpanjang pun terasa tak cukup untuk mengutarakan rasa terima kasihku.

Kamu bilang yang lalu biarlah menjadi kesakitanmu, tapi entah mengapa setiap aku teringat akan perlakuanku selalu saja rasa menyesal datang menyerang.

“Tidak ada yang bisa kamu rubah akan masa lalu itu, Ri. Yang terpenting, saat ini aku sudah bersama kamu, dan  tanggungjawablah dengan rasa sesal itu bahwa kamu tidak akan pergi dariku,” ujarmu dengan sedikit tertawa. Tawa itu terlihat sebagai bentuk kelegaan atas penantian panjangmu.

Dan, tak perlu kamu pinta, aku akan tetap bersama kamu dan tidak akan meninggalkanmu. Terima kasih sudah membersamaiku ketika aku patah, ku pastikan entah patah atau bahagia, aku akan tetap ada di sisimu.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Pinterest instagram

Popular Posts

Categories

Aku ingin cerita, tapi janji jangan bosan, ya. Aku ingin menceritakan semuanya padamu, bahkan hal kecil yang tak penting. Kamu ...

Copyright © 2025 Catatan Rosi | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes - Published By Gooyaabi Templates | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com